Perfeksionis

“The world teaches us to always aim for perfection, but perfection doesn’t exist.” – Olivia Lazuardi

Abis nonton video di youtube channel “Satu Persen – Indonesian Life School” tentang perfeksionis, gue jadi kepikiran mau bikin tulisan di blog. Sebenernya gue udah pernah nonton video itu, tapi gue baru nonton ulang lagi dan jadi kepikiran tentang hal ini. Btw, Satu Persen adalah salah satu youtube channel favorit gue, karena kontennya bagus-bagus dan relatable. Balik lagi ke video tadi, di video itu Kak Rizky ngejelasin tentang apa itu perfeksionis, faktor penyebab perfeksionis dan dia juga kasih solusi buat ngurangin tingkat ke-perfeksionis-an. Ini buat yang mau nonton video lengkapnya :

Berdasarkan video barusan, gue mengutip faktor penyebab ke-perfeksionis-an :

1. Pernah secara signifikan diingatkan betapa buruknya hal buruk (kekurangan) yang dia miliki. Salah sedikit dikritik, ga salah pun dikritik, dan ketika melakukan hal benar/hal baik, ga diapresiasi.
2. Pernah mengalami kejadian buruk yang segitu besarnya, sampai dia mempertanyakan diri sendiri, kenapa orang sampe segitunya mengeritik?

Gue inget-inget, kayanya bisa jadi iya karena hal itu. Jujur, sebenernya capek jadi orang perfeksionis. Hal-hal ga penting yang receh, bisa jadi penting buat gue. Contoh: gue nempelin sticker di laptop gue, itu cuma miring berapa mili (bukan centi), orang ga bakal notice juga kali, tapi gue sadar kalo itu miring sedikit, dan gue jadi kesel sendiri. Kenapa sih gue nempelnya miring? Dan kalo sticker-nya dicopot kan ga bakalan bisa ditempel lagi. Itu cuma salah satu contoh, masih banyak lagi lah pokoknya. Dalam hal apa pun, dalam berbagai aspek. Bahkan kadang gue prefer kerepotan sendiri untuk ngerjain suatu hal, selain emang karena gue ga mau tergantung dan ngerepotin orang, juga karena gue kadang ga yakin orang lain bakalan ngerjain seperti yang gue mau.

Parahnya, kadang untuk hal-hal tertentu gue milih untuk ga nyoba ngelakuin sama sekali, karena gue takut gagal atau hasilnya ga sesuai keinginan gue. Padahal apa salahnya nyoba? Dan kenapa kalo gagal? Gagal kan hal yang sangat wajar, semua orang pasti pernah gagal. Ga ada satu orang pun di dunia ini yang ga pernah ngerasain gagal, at least sekali dalam hidupnya. Lagi-lagi, mungkin karena faktor yang udah disebutin di video tadi, sehingga gue jadi sangat menginternalisasi hal-hal buruk yang udah pernah gue alami di masa lalu, dan jadi membuat mindset yang salah. Gue menganggap kalo gue gagal itu seperti sebuah kecacatan, atau merasa seperti pecundang. Ini bikin gue sering overthinking dalam hal apapun, meskipun yang gue pikirin juga belum tentu bakalan kejadian kaya gitu. Belum lagi sekarang ditambah adanya social media, tingkat ke-perfeksionis-an gue kayanya makin meningkat deh, yang tadinya mungkin cuma ngebandingin diri sama temen sekolah atau sodara, tapi kalo sekarang, gue bahkan bisa ngebandingin diri gue sama Gigi Hadid, Kylie Jenner, Maudy Ayunda atau selebgram hits.

Tapi, gue sadar akan hal itu dan berusaha untuk belajar ngurangin biar ga gitu-gitu amat. Kadang kalo lagi bener, gue berusaha ngeyakinin diri gue sendiri untuk udah lah gapapa buat salah atau gagal atau it's okay not to be perfect, gue cuma manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Gue berusaha untuk maafin diri sendiri, berusaha untuk ga maki-maki diri sendiri kalo gue salah. Semuanya butuh proses, ga ada yang instant, bahkan mie instant aja tetep harus direbus dulu. Kalo dipikir-pikir aneh sih, gue sering jadi penenang dan penyemangat temen-temen gue disaat mereka down atau ketika mereka merasa sedih, gagal atau buat salah, dengan pemilihan kata-kata yang sebisa mungkin baik dan bijak, sedangkan gue malah jadi orang yang keras terhadap diri sendiri. Gue secara sadar atau ga sadar suka ngebego-begoin diri sendiri, bahkan kadang hanya untuk masalah sepele.

Sebenernya perfeksionis itu sebuah kelebihan. Dunia itu butuh orang-orang perfeksionis dalam banyak hal, tapi ya balik lagi ke individu masing-masing, kita yang harus bisa control dan menggunakan kelebihan itu dengan baik. Gue mau reminder untuk diri sendiri, kalo gagal itu bukan sebuah kecacatan, dan bukan berarti udah tamat, insya Allah nanti masih bisa coba lebih baik lagi.

***

Terakhir, gue ada kutipan kisah seorang “Khalil Gibran dan gurunya” yang kayanya udah banyak dikutip di mana-mana, kisah tentang mencari sebuah kesempurnaan :

Suatu hari Khalil Gibran bertanya kepada gurunya, “Bagaimana caranya agar kita mendapatkan sesuatu yang paling sempurna dalam hidup?” Sang guru tersenyum dan menjawab, “Berjalanlah lurus di taman bunga, lalu petiklah bunga yang paling indah menurutmu. Namun, jangan pernah kembali ke belakang.” Ia mengangguk dan mulai berjalan, dan sampai di ujung taman, akan tetapi ia kembali kepada gurunya dengan tangan yang hampa.

Sang guru kemudian bertanya kepadanya, “Mengapa kamu tidak membawa bunga satu pun?” Kemudian ia menjawab, “Sebenarnya tadi aku sudah menemukannya. Akan tetapi aku tidak memetiknya, karena aku pikir mungkin di depan ada yang lebih indah. Namun, ketika sudah sampai di ujung aku baru sadar, bahwa yang aku lihat tadi adalah yang terindah, dan aku sudah tidak boleh lagi kembali ke belakang.”

Seraya tersenyum, sang guru berkata, “Ya, begitulah hidup. Kita terlalu mencari kesempurnaan. Padahal, semakin kita mencari, maka semakin pula kita tidak akan mendapatkannya. Karena sejatinya, kesempurnaan yang hakiki tidaklah pernah ada. Yang ada hanyalah keikhlasan hati kita untuk menerima kekurangan dan mensyukuri apa yang ada di hadapan kita sekarang.”

Comments

  1. Kesempurnaan itu adalah sifat sang pencipta, semakin kita berusaha untuk menjadi sempurna kita malah semakin merasa tidak sempurna haha.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts